Makkah-Arab Saudi, Metropol – Ada fenomena menarik yang saya amati selama berhaji tahun 2017 ini.
Saya menemukan beberapa pembimbing (guide) teknis ritual haji di PT Dua Ribu Wisata adalah anak-anak muda dari Madura, Jawa Timur.
Mereka kelihatan gesit, rajin dan profesional membantu Tim Manajemen PT Dua Ribu Wisata yang dipimpin oleh Muhammad Ja’far. Saya mencatat dan berhasil mewawancarai tiga guide (Mutawwif) dari seluruh rombongan jemaah saya.
Guide pertama adalah Abdul Aziz anak ke – 2 dari 5 bersaudara kelahiran Mekkah 8 Desember 1979 silam. Dia Lahir ketika kedua orang tuanya sedang melaksanakan ibadah haji.
Ketika masih berada dalam kandungan, ibunya selalu berdoa saat melihat anak-anak di sekitar Ka’bah mengaji dan menghafal Al-Quran.
Abdul Aziz adalah jebolan Sekolah Madrasah Aliyah As Saulatiyah di Mekkah tahun 2005 dan saat ini sudah bisa menghafal 30 juz bidang tafsir dan tajwid.
Dia juga sempat belajar di Mahdad Al Arqom bin Abi Arqom selama 2 tahun dari 1999 sampai dengan tahun 2001. Setelah menghafal Alquran, Aziz mengajar Tahfiz Quran di Masjidil Haram selama 3 tahun sampai dengan tahun 2005.
Sejak Ramadhan 2005 hingga tahun ini, ia terpilih sebagai Imam Tarawih Ramadhan sebulan penuh di Singapura. Aziz mengaku bergabung sebagai guide di perusahaan Muad Ja’far sejak tahun 2006 hingga hari ini.
Kedua adalah Hasani Sobri, putra kelahiran Sampang, 3 Mei 1981 lalu. Hasani bermukim di Mekkah di kawasan Ajad Musofi dekat pintu King Abdul Aziz sejak tahun 2008.
Dia pernah mengaji di pondok Sayid Abbas Al Maliki 3 tahun dan mulai belajar menjadi pelayan tetamu Allah sejak tahun 2001 hingga hari ini sejak bergabung pada manajemen PT Dua Ribu Wisata.
Ketiga adalah Ainul Yaqin yang juga putra Sampang, Madura kelahiran 17 Agustus 1973 lalu. Dia bermukim di Mekkah sejak 2007 hingga hari ini dan dua kali setahun mudik ke Sampang.
Ainul pernah mengaji di Pesantren Lirboyo Kediri dan di Syekh Ahmad Qosim Al Gomidy, Rois Am Amar Makruf Nahi Mungkan kota Mekkah selama 5 tahun. Dia mulai belajar menuntun Jemaah Haji sejak 2013 hingga hari ini dan bergabung dengan PT Dua Ribu Wisata sejak 2015 hingga hari ini.
Kesan ketiga anak muda Pembimbing ini ketika memandu Jemaah Bugis atau orang Sulawesi Selatan adalah mereka menilai orang Bugis memiliki kemiripan dengan orang Madura atau Jawa Timur yang berusaha semaksimal mungkin agar bisa segera naik haji minimal umrah.
“Memang mayoritas orang kampung, tapi sopan dan dermawan. Sering dapat sarung Lipa’ Sabbe,” ujar mereka.
Kesan lain menurut mereka, adalah Jemaah Bugis taat pada kedisiplinan beribadah dan komunikasi sering terkendala masalah bahasa.
“Suka bergerombol dan belanja oleh-oleh untuk dibawa pulang misalnya cerek dan termos jumbo dan perhiasan emas. Tidak jarang jamaah Bugis ketika pulang batas kuota barangnya sering berlebihan dan mereka tambah biaya bagasi,” kata Abdul Aziz.
Selain itu menurut mereka, Jemaah Bugis berprinsip tegas dan berani dan mengutamakan sikap kekeluargaan dan mudah menerima hal-hal yang benar.
“Sama seperti orang Madura,” tambah Hasani Sobri.
Ainul Yaqin juga menuturkan, sebagai Top Leader di PT Dua Ribu Wisata, Muhammad Ja’far menerapkan pengutamaan ibadah dibanding bisnis.
“Pak Ja’far itu tegas dan punya kepemimpinan dan menganggap kami sebagai adik-adik dan kita sering makan bersama. Makan terus dan mungkin untuk berpindah ke travel lain berat rasanya,” pungkas Ainul Yaqin.
(Muhammad Saleh)
Source : http://newsmetropol.com/tiga-pemandu-jemaah-haji-pt-dua-ribu-wisata-asal-madura/